MOMENTUM KEBANGKITAN JURNALISTIK PESANTREN
Pesantren merupakan bagian dari
kultur masyarakat Indonesia yang harus berproses menuju yang lebih baik. Oleh
karenanya, setiap pesantren harus selalu memikirkan masalah apa yang terjadi di
masyarakat dan menyikapi keadaan itu dengan
mengkomunikasikan secara bijak. Diantaranya dengan kemampuan jurnalistik melalui berbagai media yang ada.
Jurnalistik bagi pesantren
merupakan sebuah keniscayaan, sesuatu yang sangat penting, sebagai sarana
mengkomunikasikan gagasan dan menginformasikan segala yang ada di pesantren kepada
dunia luar. Karena kita sekarang menghadapi masyarakat yang berbagai macam,
tidak hanya yang tinggal di desa. Tentu tantangan dan strategi pesantren dalam
membimbing masyarakat harus dikemas sesuai keadaan yang ada.
Dalam ilmu transformasi sosial, masyarakat
itu akan bergerak menuju arah yang lebih maju, masyarakat desa akan menuju
kearah kota, sehingga masyarakat desa sedikit demi sedikit akan mengikuti mode
dan lifestyle orang kota. Termasuk cara beragama. Kadang-kadang pesantren
terlambat menaggapi kondisi seperti ini, pesantren masih sibuk dengan cara yang
lama, masih membimbing masyarakat dengan cara indoktrinasi. Disinilah pesantren
harus lihai mengemas cara dalam memberikan pilihan hidup pada masyarakat.
Karena itu diperlukan kemampuan jurnalistik yang berorientasi pada konteks atau strategi isi. Pesantren
harus bisa memilih informasi agama yang di butuhkan masyarakat dan membuat
media sesuai dengan kehendak masyarakat, biqodri uqulihim, dibutuhkan
masyarakat bukan yang ada di benak redaksi.
Sekarang ini kita sudah memasuki era
globalilsasi yang membuat sekat batas semakin habis. Sedangkan pesantren dituntut
harus bisa mengikuti perkembangan ini dengan menjadi penyedia konteks isi
informasi yang bisa difahami oleh masyarakat dunia. Pesantren juga harus
percaya diri untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang orisinil dalam bidang
keagamaan. Jadi kalau kita punya potensi dibidang keagamaan, optimalkan!. Kita harus memanfaatkan
untuk dunia, harus dikemas untuk global.
Kita sekarang juga masuk pada new
media era. Pada dasarnya ini adalah perkembangan dari globalisasi. Kalau
dulu komunikasi kita dari satu orang ke banyak orang, tetapi dalam new media
era ini komunikasinya dari many to many. Semua orang berhak
menyatakan pandapatnya dan semua orang berhak membaca pendapat orang lain. Nah,
teman-teman pesantren harus menangkap fenomena ini dengan mengerahkan kemampuan
jurnalistiknya kedalam social media yang global. Kalau tidak, semua social
media akan dikuasai orang lian (yang bukan pesantren, red). Karena itu
jurnalistik pesantren itu jangan hanya fokus untuk media cetak, bahkan harus
terjun ke media yang lain, seperti web site, radio, dan televisi . Sebab, print media is old media.
Disamping itu, dengan kita terjun
kedalam dunia jurnalistik, media yang ada agar digunakan untuk hal yang
positif. Contohnya internet atau
jejaring social digunakan untuk menginformasikan
budaya pesantren, diskusi atau konsultasi secara online untuk masyarakat luas.
Saya lihat, secara intitusional
beberapa pesantren sudah mulai ada firqoh yang serius di bidang media.
Memang, sekarang saatnya pesantren go global dengan mengerahkan kemampuan
jurnalistiknya untuk mengisi media dengan tetap berorientasi pada biqodri
uqulihim, cara berpikirnya masyarakat.
Oleh karena itu jurnalistik kita
harus mulai berbicara strategi, harus out of the box. Cara kita harus
ditambah sesuai konsep “al muhafadoh ‘ala qodimis solih wal akhdu ‘ala
jadidil ashlah”. Kita harus mengikuti perkembangan teknologi.
Agar geliat jurnalistik pesantren
tidak melemah, perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama berikan kesempatan
anak-anak pesantren untuk maju, fasilitasi mereka, dan bimbing mereka. Kedua
pesantren jangan hanya mengembangkan komunikasi bil maqol, namun juga perlu
meningkatkan kemampuan tulis menulis (jurnalistik). Ketiga, tekankan santri
untuk menulis sebuah karya, kalau perlu jadikan karya tulis sebagai syarat
kelulusan.
Daim
Rohmadi,
0 komentar:
Posting Komentar